Dia adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin syafi’I
bin Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al - Mutthalib bin Abdi Manaf bin Qushai Al-Qurasyi Al – Mathalib Asy – Syafi’i Al-hijazi Al-Makki, anak paman Rasulullah Shallallahu Alai wa Sallam yang bertemu silsilsilahnya dengan Rasulullah pada Abdu Manaf.
Para ulama sepakat bahwa ia lahir pada tahun 150 Hijriyah,yaitu pada tahun
meninggalnya Imam Abu Hanifah Rahimahumullah. Bahkan, ada yang mengatakan kalau ia lahir pada hari yang sama ketika Abu Hanifah Wafat.
Imam An-Nawawi berkata, ”Ketahuilah bahwa sesungguhnya Imam Asy-syafi’I
adalah termasuk manusia pilihan yang mempunyai akhlak mulia dan mempunyai peran
yang sangat penting dalam sejarah islam.
Pada diri Imam Asy-Syafi’i terkumpul berbagai macam kemuliaan karunia Allah, di
antaranya nasab yang suci bertemu dengan nasabnya Rasulullah dalam satu nasab dan garis keturunan yang sangat baik semua ini merupakan kemuliaan paling tinggi yang tidak ternilai dengan materi .
Awal menuntut ilmu dan kecerdasannya
Dari Abu Nu’aim dengan sanad dari Abu Bakr bin Idris juru tulis Imam Al-Humaidi, dari Imam Asy-syafi’i, dia berkata, aku adalah seorang yatim di bawah asuhan ibuku. Ibuku tidak mempunyai dana guna membayar seorang guru untuk mengajariku. Namun, seorang guru telah mengizinkan diriku untuk belajar dengannya, ketika ia mengajar yang lain. Tatkala aku selesai mengkhatamkan Al-Qur’an, aku lalu masuk masjid untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan para ulama. Dalam pengajian itu,aku hafalkan hadits dan permasalahan-permasalahan agama. Waktu itu aku masih tinggal di Makkah, di suku khif.
Akibat kemiskinanku ,ketika aku melihat tulang yang menyerupai papan, maka
tulang itu ku ambil untuk aku gunakan menulis hadist dan beberapa permasalahan agama. Di daerah kami terdapat tempat sampah, ketika tulang yang aku tulis sudah penuh, maka tulang itu aku buang disana.
Imam Al - Baihaqi dengan sanadnya dari Mus’ab bin Abdillah Az-Zabiri, dia
berkata, ”Imam Asy –syafi’i memulai aktivitas keilmuannya dengan belajar sya’ir, sejarah dan sastra. Setelah itu baru menekuni dunia fikih.”
Sebab ketertarikan Imam Asy-syafi’i terhadap fikih bermula dari suatu ketika dia berjalan dengan mengendarai binatang, sedang di belakangnya kebetulan sekretaris Ubay sedang mengikutinya.
Berangkat dari perkataan inilah, Imam Asy-Syafi’i melantunkan bait sya’ir ,
sehingga sekretaris Ubay memacu kendaraannya agar berjalan lebih cepat lagi untuk menghampirinya. Ketika sudah mendekat dengan Imam Asy-Syafi’i, ia lalu berkata “orang sepertimu akan kehilangan muru’ah kalau hanya serperti ini saja. Di mana kemampuanmu dibidang fiqih?
Berangkat dari inilah Imam Asy Syafi’i , belajar ilmu fikih kepada Imam Malik bin
Anas. Adz –Dzabi berkata “dari Imam Asy-Syafi’i, dia berkata “aku telah mendatangi Imam Malik, sedang usiaku baru 13 tahun, demikian berdasarkan riwayat ini. Akan tetapi secara zhahir, nampaknya usianya pada saat itu adalah dua puluh tiga tahun.
Sebelum mendatangi Imam Malik, aku terlebih dahulu mendatangi saudara
sepupuku yang menjabat walikota madinah. Kemudian saudara sepupuku mengantarku
ke Imam Malik, saudara sepupuku lalu berkata kepadaku, ”carilah seorang guna menyeleksi bacaan Al-Qur-anmu!” Lalu aku menjawab, aku mencari guru untuk membaca Al-Qur-an!Lalu, aku menghadapkan bacaanku kepada Imam Malik. Barangkali bacaanku sudah jauh, akan tetapi ia memintaku untuk mengulanginya, sehingga aku pun mengulangi bacaan Al-Qur’anku lagi yang membuatnya terkagum kagum, ketika aku bertanya kepada Imam Malik beberapa masalah dan dijawabnya, maka Imam Malik lalu berkata ”apakah kamu ingin menjadi seorang hakim”
Setelah berguru kepada Imam Malik .Imam Asy-syfi’i lalu pindah ke yaman , dari
yaman lalu ia pindah ke Irak untuk menyibukkan dirinya dalam ilmu agama. Di Irak ia berdebat dengan Muhammad bin Al-Hasan dan ulama lainnya. di sana ia sebarkan ilmu Hadist, mendirikan madzhabnya dan membantu perkembangan sunnah. Hasilnya, nama dan keutamaan Imam Asy-syafi’i tersebar dan semakin dikenal hingga namanya membumbung ke angkasa memenuhi setiap dataran bumi Islam.
Sanjungan Para Ulama Terhadapnya
Abu Nu’aim Al-Hafizh berkata, ”diantara ulama terdapat imam yang sempurna,
berilmu dan mengamalkannya, mempunyai keilmuan yang tinggi, berakhlak mulia dan dermawan. Ulama demikian ini adalah cahaya diwaktu gelap yang menjelaskan segala kesulitan dan ilmunya menerangi belahan Timur sampai Barat.
Madzhabnya di ikuti oleh orang banyak,baik yang tinggal di darat maupun dilautan
karena madzhabnya didasarkan pada sunnah, atsar dan sesuatu yang telah disepakati para sahabat Anshar dan Muhajirin, dan terambil dari perkataan imam pilihan. Ulama itu adalah Abu Abdilllah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Al-Aimmah Al-Ahbar Al-Hijazi Al-Muthalibi.
Dari Ayyub bin Suwaid, dia berkata, ”aku tidak pernah membayangkan kalau
dalam hidupku ini aku dapat bertemu dengan orang seperti Imam Asy-Syafi’i.
Ar-Razi berkata, ”sesungguhnya sanjungan dan pujian para ulama terhadap Imam
Asy-Syafi’i sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya.
Ibadah, Kewara’an dan Kezuh udannya
Bahr bin Nashr berkata, ”di masa Imam Asy-Syafi’i, aku belum pernah melihat dan
mendengar ada orang yang bertaqwa dan wira’i melebi Imam Asy-Syafi’i. Begitu juga aku belum pernah mendengarkan ada orang yang melantunkan Al-Qur’an dengan suara yang lebih bagus darinya.”
Al - Husain Al Karabisi berkata, ”Aku bermalam bersama Asy Syafi’i selama
delapan puluh malam, dia selalu sholat sekitar sepertiga malam. Dalam sholatnya, aku juga tidak pernah melihatnya membaca Al-Qur’an kurang dari delapan puluh ayat, kalau pun lebih tidak lebih dari seratus ayat, ketika membaca ayat yang berisi rahmat, maka ia selalu berdoa untuk dirinya dan orang mukmin semuanya. Dan ketika membaca ayat yang berisi adzab, maka ia selalu memohon perlindungan dari Allah untuk dirinya dan orang mukmin semuanya. Kalau aku perhatikan, maka seolah olah rasa takut dan penuh harap berkumpul dan bersatu menjadi satu dalam dirinya.
Kedermawanan
Ibnu Abdil Hakam mengatakan bahwa Imam Asy-Syafi’i adalah orang yang paling
dermawan terhadap sesuatu yang ia miliki. Ketika ia lewat di tempat kami dan tidak melihat diriku maka ia meninggalkan pesan agar aku datang kerumahnya. Oleh karena itu aku sering makan siang dirumahnya.
Ketika aku duduk bersamanya untuk makan siang, maka ia menyuruh budak
perempuannya agar memasak makanan untuk kami. Lalu ia tetap setia menunggu di meja
makan hingga kami selesai dari makan.Dari Ar-Rabi’ bin sulaiman, ia berkata ”ketika Imam Asy-Syafi’i sedang meniki keledai melewati pasar, maka tanpa sadar cemeti ditangannya jatuh mengenai salah seorang tukang sepatu, sehingga ia pun turun mengambil cemeti dan mengusap orang tersebut. Kemudian Imam Asy-Syafi’i berkata Ar-Rabi’, ”berikan uang Dinar yang ada padamu kepadanya,” Ar-Rabi’ berkat ”Aku tidak tahu, enam atau sembilan dinar yang aku berikan kepada tukang sepatu tersebut.
Keteguhan Mengikuti Sunnah dan Celaannya Terhadap Ahli Bid’ah
Dari Abu Ja’far At-Tirmidzi, ia mengatakan, ”ketika aku ingin menulis kitab tentang pemikiran,tiba tiba dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Aku bertanya kepada beliau, ya Rasulullah, apakah aku perlu menulis pemikiran Imam Asy-Syafi’i ? Maka beliau bersabda, ”sesungguhnya itu bukan pemikiran, Akan tetapi, itu adalah bantahan terhadap orang orang yang menentang sunnah-sunnahku.
Ketika Seseorang bertanya, ”Wahai Abu Abdillah, apakah kami boleh mengamalkan
Hadist dari Rasulullah itu shahih dan aku tidak menggunakannya, maka aku bersaksi kepada kalian bahwa akalku telah hilang.
Dalam kesempatan lain Imam Asy-Syafi’i mengatakan, ”Apabila hadist itu adalah
shahih maka ketahuilah bahwa sesungguhnya itu adalah mazhabku .
Syafi’i, pernah berkata, ”Seorang hamba melakukan semua jenis dosa selain syirik
kepada Allah itu masih lebih baik daripada hamba yang bemain-main dengan hawa nafsunya.
Kepandaiannya Berkarya dan karya-karyanya membawa manfaat
Imam Asy-Syafi’i adalah orang pertama kali yang berkarya dalam bidang Ushul Al-Fiqh dan Ahkam Al-Qur’an. Para ulama dan cendekia terkemuka pada mengkaji karya-karya Imam Asy-Syafi’i dan mengambil manfaat darinya.
Imam Asy-Syafi’i telah menulis kitab Ar-Risalah. Padahal pada saat itu Imam Asy-Syafi’i masih sangat muda. Dan masih banyak lagi karya-karyanya yang lain.
Dan beliau juga pandai dalam bersyair dan berkata mutiara, seperti:
-Ilmu bukanlah sesuatu yang dihafal,tetapi ilmu adalah sesuatu yang ada manfaatnya.
-Barangsiapa membenarkan ajaran Allah, maka ia akan selamat. Barangsiapa
memperhatikan agamanya, maka ia akan selamat dari kehinaan.barangsiapa zuhud di
dunia, maka hatinya akan ditenangkan Allah dengan memperlihatkan padanya
balasan yang baik.
Guru dan Murid-muridn ya
Guru-guru beliau : Al-Hafiz berkata, ”Imam Asy-Syafi’i berguru kepada muslim bin khalid Az-Zanji, Imam Malik bin Anas, Ibrahim bin Sa’ad, Sa’id bin Salim Al-Qaddah, Ad-Darawardi, Abdul Wahab Ats-Tsaqafi, dan banyak lagi yang lainnya.
Murid-murid beliau : Adalah Sulaiman bin Dawud Al-Hasyimi, Abu Bakar Abdullah
bin Az-Zubair Al-Humaidi, Ibrahim bin Al-mundzir Al-Hizami, Imam Ahmad bin ambal, dan yang lainnya.
Wasiat Beliau
Sesunggunya beliau berwasiat kepada dirinya sendiri dan orang yang mendengar
wasiatnya ini untuk tetap menghalalkan sesuatu yang dihalalkan Allah dalam kitab-Nya dan dihalalkan oleh Nabi-Nya, dan mengharamkan sesuatu yang diharamkan dalam sunnah utusan-Nya.
Janganlah melampaui batas-batas ketentuan yang dihalkan maupun yang
diharamkan tersebut dengan hal hal lain. Sesungguhnya orang orang yang melampaui batas batas ketentuan tersebut berarti meninggalkan kewajiban yang ditetapkan Allah.
Sakit dan Meninggalnya Beliau
Dia menderita penyakit yang kronis, sampai sampai darahnya mengalir ketika dia
sedang menaiki kenderaannya. Aliran darah itu berceceran sampai memenuhi celana ,kenderaan dan telapak kakinya .
Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata, ”Imam Asy-Syafi’i meninggal pada malam jum’at
setelah maghrib. Pada waktu itu aku berada disampingnya. Jasadnya di makamkan pada
hari jum’at setelah ashar, hari terakhir di bulan rajab. Ketika kami pulang dari mengiringi jenazahnya kami melihat hilal bulan sya’ban tahun 204 Hijriyah.
Demikian yang dapat kami paparkan sedikit tentang Biografi Imam Asy-Syafi’i.
Setelah mengetahuinya, hati ini tersa rindu ingin bersamanya menikmati pemikirannya yang sempurna, pancaran kepadaiannya dan berkah kata-katanya. Wallahu a’lam bishowab.
sumber :
www.abualbinjy.wordpress.com
bin Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al - Mutthalib bin Abdi Manaf bin Qushai Al-Qurasyi Al – Mathalib Asy – Syafi’i Al-hijazi Al-Makki, anak paman Rasulullah Shallallahu Alai wa Sallam yang bertemu silsilsilahnya dengan Rasulullah pada Abdu Manaf.
Para ulama sepakat bahwa ia lahir pada tahun 150 Hijriyah,yaitu pada tahun
meninggalnya Imam Abu Hanifah Rahimahumullah. Bahkan, ada yang mengatakan kalau ia lahir pada hari yang sama ketika Abu Hanifah Wafat.
Imam An-Nawawi berkata, ”Ketahuilah bahwa sesungguhnya Imam Asy-syafi’I
adalah termasuk manusia pilihan yang mempunyai akhlak mulia dan mempunyai peran
yang sangat penting dalam sejarah islam.
Pada diri Imam Asy-Syafi’i terkumpul berbagai macam kemuliaan karunia Allah, di
antaranya nasab yang suci bertemu dengan nasabnya Rasulullah dalam satu nasab dan garis keturunan yang sangat baik semua ini merupakan kemuliaan paling tinggi yang tidak ternilai dengan materi .
Awal menuntut ilmu dan kecerdasannya
Dari Abu Nu’aim dengan sanad dari Abu Bakr bin Idris juru tulis Imam Al-Humaidi, dari Imam Asy-syafi’i, dia berkata, aku adalah seorang yatim di bawah asuhan ibuku. Ibuku tidak mempunyai dana guna membayar seorang guru untuk mengajariku. Namun, seorang guru telah mengizinkan diriku untuk belajar dengannya, ketika ia mengajar yang lain. Tatkala aku selesai mengkhatamkan Al-Qur’an, aku lalu masuk masjid untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan para ulama. Dalam pengajian itu,aku hafalkan hadits dan permasalahan-permasalahan agama. Waktu itu aku masih tinggal di Makkah, di suku khif.
Akibat kemiskinanku ,ketika aku melihat tulang yang menyerupai papan, maka
tulang itu ku ambil untuk aku gunakan menulis hadist dan beberapa permasalahan agama. Di daerah kami terdapat tempat sampah, ketika tulang yang aku tulis sudah penuh, maka tulang itu aku buang disana.
Imam Al - Baihaqi dengan sanadnya dari Mus’ab bin Abdillah Az-Zabiri, dia
berkata, ”Imam Asy –syafi’i memulai aktivitas keilmuannya dengan belajar sya’ir, sejarah dan sastra. Setelah itu baru menekuni dunia fikih.”
Sebab ketertarikan Imam Asy-syafi’i terhadap fikih bermula dari suatu ketika dia berjalan dengan mengendarai binatang, sedang di belakangnya kebetulan sekretaris Ubay sedang mengikutinya.
Berangkat dari perkataan inilah, Imam Asy-Syafi’i melantunkan bait sya’ir ,
sehingga sekretaris Ubay memacu kendaraannya agar berjalan lebih cepat lagi untuk menghampirinya. Ketika sudah mendekat dengan Imam Asy-Syafi’i, ia lalu berkata “orang sepertimu akan kehilangan muru’ah kalau hanya serperti ini saja. Di mana kemampuanmu dibidang fiqih?
Berangkat dari inilah Imam Asy Syafi’i , belajar ilmu fikih kepada Imam Malik bin
Anas. Adz –Dzabi berkata “dari Imam Asy-Syafi’i, dia berkata “aku telah mendatangi Imam Malik, sedang usiaku baru 13 tahun, demikian berdasarkan riwayat ini. Akan tetapi secara zhahir, nampaknya usianya pada saat itu adalah dua puluh tiga tahun.
Sebelum mendatangi Imam Malik, aku terlebih dahulu mendatangi saudara
sepupuku yang menjabat walikota madinah. Kemudian saudara sepupuku mengantarku
ke Imam Malik, saudara sepupuku lalu berkata kepadaku, ”carilah seorang guna menyeleksi bacaan Al-Qur-anmu!” Lalu aku menjawab, aku mencari guru untuk membaca Al-Qur-an!Lalu, aku menghadapkan bacaanku kepada Imam Malik. Barangkali bacaanku sudah jauh, akan tetapi ia memintaku untuk mengulanginya, sehingga aku pun mengulangi bacaan Al-Qur’anku lagi yang membuatnya terkagum kagum, ketika aku bertanya kepada Imam Malik beberapa masalah dan dijawabnya, maka Imam Malik lalu berkata ”apakah kamu ingin menjadi seorang hakim”
Setelah berguru kepada Imam Malik .Imam Asy-syfi’i lalu pindah ke yaman , dari
yaman lalu ia pindah ke Irak untuk menyibukkan dirinya dalam ilmu agama. Di Irak ia berdebat dengan Muhammad bin Al-Hasan dan ulama lainnya. di sana ia sebarkan ilmu Hadist, mendirikan madzhabnya dan membantu perkembangan sunnah. Hasilnya, nama dan keutamaan Imam Asy-syafi’i tersebar dan semakin dikenal hingga namanya membumbung ke angkasa memenuhi setiap dataran bumi Islam.
Sanjungan Para Ulama Terhadapnya
Abu Nu’aim Al-Hafizh berkata, ”diantara ulama terdapat imam yang sempurna,
berilmu dan mengamalkannya, mempunyai keilmuan yang tinggi, berakhlak mulia dan dermawan. Ulama demikian ini adalah cahaya diwaktu gelap yang menjelaskan segala kesulitan dan ilmunya menerangi belahan Timur sampai Barat.
Madzhabnya di ikuti oleh orang banyak,baik yang tinggal di darat maupun dilautan
karena madzhabnya didasarkan pada sunnah, atsar dan sesuatu yang telah disepakati para sahabat Anshar dan Muhajirin, dan terambil dari perkataan imam pilihan. Ulama itu adalah Abu Abdilllah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Al-Aimmah Al-Ahbar Al-Hijazi Al-Muthalibi.
Dari Ayyub bin Suwaid, dia berkata, ”aku tidak pernah membayangkan kalau
dalam hidupku ini aku dapat bertemu dengan orang seperti Imam Asy-Syafi’i.
Ar-Razi berkata, ”sesungguhnya sanjungan dan pujian para ulama terhadap Imam
Asy-Syafi’i sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya.
Ibadah, Kewara’an dan Kezuh udannya
Bahr bin Nashr berkata, ”di masa Imam Asy-Syafi’i, aku belum pernah melihat dan
mendengar ada orang yang bertaqwa dan wira’i melebi Imam Asy-Syafi’i. Begitu juga aku belum pernah mendengarkan ada orang yang melantunkan Al-Qur’an dengan suara yang lebih bagus darinya.”
Al - Husain Al Karabisi berkata, ”Aku bermalam bersama Asy Syafi’i selama
delapan puluh malam, dia selalu sholat sekitar sepertiga malam. Dalam sholatnya, aku juga tidak pernah melihatnya membaca Al-Qur’an kurang dari delapan puluh ayat, kalau pun lebih tidak lebih dari seratus ayat, ketika membaca ayat yang berisi rahmat, maka ia selalu berdoa untuk dirinya dan orang mukmin semuanya. Dan ketika membaca ayat yang berisi adzab, maka ia selalu memohon perlindungan dari Allah untuk dirinya dan orang mukmin semuanya. Kalau aku perhatikan, maka seolah olah rasa takut dan penuh harap berkumpul dan bersatu menjadi satu dalam dirinya.
Kedermawanan
Ibnu Abdil Hakam mengatakan bahwa Imam Asy-Syafi’i adalah orang yang paling
dermawan terhadap sesuatu yang ia miliki. Ketika ia lewat di tempat kami dan tidak melihat diriku maka ia meninggalkan pesan agar aku datang kerumahnya. Oleh karena itu aku sering makan siang dirumahnya.
Ketika aku duduk bersamanya untuk makan siang, maka ia menyuruh budak
perempuannya agar memasak makanan untuk kami. Lalu ia tetap setia menunggu di meja
makan hingga kami selesai dari makan.Dari Ar-Rabi’ bin sulaiman, ia berkata ”ketika Imam Asy-Syafi’i sedang meniki keledai melewati pasar, maka tanpa sadar cemeti ditangannya jatuh mengenai salah seorang tukang sepatu, sehingga ia pun turun mengambil cemeti dan mengusap orang tersebut. Kemudian Imam Asy-Syafi’i berkata Ar-Rabi’, ”berikan uang Dinar yang ada padamu kepadanya,” Ar-Rabi’ berkat ”Aku tidak tahu, enam atau sembilan dinar yang aku berikan kepada tukang sepatu tersebut.
Keteguhan Mengikuti Sunnah dan Celaannya Terhadap Ahli Bid’ah
Dari Abu Ja’far At-Tirmidzi, ia mengatakan, ”ketika aku ingin menulis kitab tentang pemikiran,tiba tiba dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Aku bertanya kepada beliau, ya Rasulullah, apakah aku perlu menulis pemikiran Imam Asy-Syafi’i ? Maka beliau bersabda, ”sesungguhnya itu bukan pemikiran, Akan tetapi, itu adalah bantahan terhadap orang orang yang menentang sunnah-sunnahku.
Ketika Seseorang bertanya, ”Wahai Abu Abdillah, apakah kami boleh mengamalkan
Hadist dari Rasulullah itu shahih dan aku tidak menggunakannya, maka aku bersaksi kepada kalian bahwa akalku telah hilang.
Dalam kesempatan lain Imam Asy-Syafi’i mengatakan, ”Apabila hadist itu adalah
shahih maka ketahuilah bahwa sesungguhnya itu adalah mazhabku .
Syafi’i, pernah berkata, ”Seorang hamba melakukan semua jenis dosa selain syirik
kepada Allah itu masih lebih baik daripada hamba yang bemain-main dengan hawa nafsunya.
Kepandaiannya Berkarya dan karya-karyanya membawa manfaat
Imam Asy-Syafi’i adalah orang pertama kali yang berkarya dalam bidang Ushul Al-Fiqh dan Ahkam Al-Qur’an. Para ulama dan cendekia terkemuka pada mengkaji karya-karya Imam Asy-Syafi’i dan mengambil manfaat darinya.
Imam Asy-Syafi’i telah menulis kitab Ar-Risalah. Padahal pada saat itu Imam Asy-Syafi’i masih sangat muda. Dan masih banyak lagi karya-karyanya yang lain.
Dan beliau juga pandai dalam bersyair dan berkata mutiara, seperti:
-Ilmu bukanlah sesuatu yang dihafal,tetapi ilmu adalah sesuatu yang ada manfaatnya.
-Barangsiapa membenarkan ajaran Allah, maka ia akan selamat. Barangsiapa
memperhatikan agamanya, maka ia akan selamat dari kehinaan.barangsiapa zuhud di
dunia, maka hatinya akan ditenangkan Allah dengan memperlihatkan padanya
balasan yang baik.
Guru dan Murid-muridn ya
Guru-guru beliau : Al-Hafiz berkata, ”Imam Asy-Syafi’i berguru kepada muslim bin khalid Az-Zanji, Imam Malik bin Anas, Ibrahim bin Sa’ad, Sa’id bin Salim Al-Qaddah, Ad-Darawardi, Abdul Wahab Ats-Tsaqafi, dan banyak lagi yang lainnya.
Murid-murid beliau : Adalah Sulaiman bin Dawud Al-Hasyimi, Abu Bakar Abdullah
bin Az-Zubair Al-Humaidi, Ibrahim bin Al-mundzir Al-Hizami, Imam Ahmad bin ambal, dan yang lainnya.
Wasiat Beliau
Sesunggunya beliau berwasiat kepada dirinya sendiri dan orang yang mendengar
wasiatnya ini untuk tetap menghalalkan sesuatu yang dihalalkan Allah dalam kitab-Nya dan dihalalkan oleh Nabi-Nya, dan mengharamkan sesuatu yang diharamkan dalam sunnah utusan-Nya.
Janganlah melampaui batas-batas ketentuan yang dihalkan maupun yang
diharamkan tersebut dengan hal hal lain. Sesungguhnya orang orang yang melampaui batas batas ketentuan tersebut berarti meninggalkan kewajiban yang ditetapkan Allah.
Sakit dan Meninggalnya Beliau
Dia menderita penyakit yang kronis, sampai sampai darahnya mengalir ketika dia
sedang menaiki kenderaannya. Aliran darah itu berceceran sampai memenuhi celana ,kenderaan dan telapak kakinya .
Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata, ”Imam Asy-Syafi’i meninggal pada malam jum’at
setelah maghrib. Pada waktu itu aku berada disampingnya. Jasadnya di makamkan pada
hari jum’at setelah ashar, hari terakhir di bulan rajab. Ketika kami pulang dari mengiringi jenazahnya kami melihat hilal bulan sya’ban tahun 204 Hijriyah.
Demikian yang dapat kami paparkan sedikit tentang Biografi Imam Asy-Syafi’i.
Setelah mengetahuinya, hati ini tersa rindu ingin bersamanya menikmati pemikirannya yang sempurna, pancaran kepadaiannya dan berkah kata-katanya. Wallahu a’lam bishowab.
sumber :
www.abualbinjy.wordpress.com
trimakasih atas artikelnya....
ReplyDelete